Surabaya Newsweek- Mengajar adalah salah satu passion yang hidup
dalam diri Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Dalam beberapa kali kesempatan,
Walikota Risma menyampaikan keinginannya untuk bisa mengajar di sekolah. Nah,
Senin (17/2) kemarin, keinginan untuk mengajar itu terpenuhi. Walikota yang
sudah membawa Kota Surabaya meraih 51 penghargaan selama masa tiga tahun ini
jadi “guru dadakan” di SD Kristen Petra 9 Surabaya.
“Selamat pagi
anak-anak ku semua. Masih ngantuk apa ndak?” ujar Walikota Risma mengawali
waktu ‘mengajar’ nya di kelas 6 SD Petra 9 Surabaya. Demi mendengar sapaan dari
walikota, siswa-siswi kelas 6 yang duduk rapi tersebut langsung kompak
menjawab. “Ndak ngantuk bu,” ujar mereka.
Pagi itu, matahari
terlihat masih malu-malu menampakkan wajahnya. Dia masih nyaman bersembunyi di
balik selimut mendung yang masih bergelayut sehingga membuat langit pagi tak
secerah biasanya. Namun, mendung pagi hari itu, tidak sampai memburamkan rona
muka siswa-siswi kelas 6 tersebut. Wajah-wajah mereka terlihat sumringah.
Mereka seperti tidak sabar untuk segera mendengarkan mata pelajaran yang
disampaikan oleh “guru baru” mereka.
Suasana kelas yang
awalnya riuh ketika menyambut kehadiran walikota perempuan pertama di Kota
Surabaya ini, mendadak khidmat. Siswa-siswi itu antheng mendengarkan pesan
pembuka dari walikota bahwa jika diibaratkan gelas, mereka baru terisi sedikit.
Dan untuk terus mengisi gelas tersebut, tidak ada cara lain selain belajar.
“Jadi sekarang kalian
masih ada di tangga paling bawah. Kalau mau naik lagi sampai suatu saat nanti
ada di puncak, ya harus rajin belajar. Itu modal utama kalau kalian mau
sukses,” ujar Walikota Risma.
Walikota lantas
bercerita banyak hal. Perihal masa kecilnya di mana karena saking inginnya
belajar banyak hal, ketika guru memberikan pekerjaan rumah (PR) 10 soal,
dirinya lantas mengerjakan sebanyak 20 soal. Walikota Risma juga mewanti-wanti
murid-murid SD ini untuk menggunakan peralatan teknologi yang ada dengan benar.
Sebab, selain berdmapak positif, perangkat teknologi seperti HP, gadget dan
laptop, juga bisa berdampak negatif bagi murid.
“Jaman ibu dulu belum
ada HP. Sekarang ini kalian bisa buka internet. Pesan ibu, itu kalian manfaatkan
untuk memudahkan belajar dan meningkatkan prestasi. Misalkan untuk searching
pengetahuan di Google. Jangan dimanfaatkan untuk hal yang tidak-tidak. Ingat
nasihat dari guru dan orang tua,” pesan walikota.
Walikota juga
mengajak anak-anak tersebut untuk menghitung kembali, apa saja aktivitas yang
mereka lakukan selama sehari 24 jam. Apakah masih lebih banyak dipakai untuk
menonton televisi, facebook-an, tidur atau untuk belajar. “Kalau ada waktu yang
terbuang, kalian berarti rugi,” sambung walikota.
Setelah hampir 30
menit ‘mengajar’, Walikota Risma lantas mengajak anak-anak SD itu untuk
bertanya. Dalam beberapa kali kesempatan hadir di acara yang berkaitan dengan
pendidikan seperti sekolah kebangsaan, walikota juga seringkali membiasakan para pelajar untuk bertanya bila
ada hal yang memang ingin ditanyakan. Ini memang menjadi cara walikota untuk
melatih keberanian murid-murid SD tersebut.
Beberapa pertanyaan
lantas meluncur dari bibir bocah-bocah itu. Mulai dari bagaimana cara membagi
waktu yang baik, bagaimana menasehati teman yang suka mencontek, juga bagaimana
agar tidak salah dalam menggunakan teknologi. Ada juga yang bertanya ketika
searching sesuatu di Google, ternyata keluar hal yang tidak baik.
“Kalau seperti itu ya
jangan diteruskan. Kalian harus berani bilang tidak. Karena kalau diteruskan
kalian bisa terperosok. Misalnya kalian mau ke TP (Tunjungan Plaza) lalu
tersesat ke Bungurasih, ya jangan diteruskan,” ujar walikota disambut tawa
murid-murid.
Setelah sesi tanya
jawab, walikota bersama para siswa dan guru lantas menyanyikan lagu “Rek Ayo
Rek”. Walikota yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan,
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarg Berencana (Bapemas KB), Nanies
Chaerani dan Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Muhamad Fikser. Kepada para
guru, walikota lantas berpesan pentingnya kekuatan keluarga untuk membentengi
anak-anak dari pengaruh buruk teknologi seperti internet dan HP.
“Kekuatan keluarga harus lebih
diperkuat. Tentu saja orang tua harus bekerja, tetapi jangan melupakan
perhatian untuk anak-anak kita,” pungkas Risma.