Dalam pertemuan yang lebih kurang
berlangsung satu jam itu, dubes dan walikota membicarakan banyak hal. Di
antaranya, iklim kerjasama sektor bisnis, upaya penanggulangan korupsi, hingga
permasalahan kebun binatang Surabaya (KBS).
Robert menilai, Surabaya adalah kota
yang dinamis dan tertata dengan baik. Kondisi tersebut, menurut dia, sangat
berpotensi menarik minat investor dari luar negeri. “Reputasi dan prestasi
Surabaya di bawah pimpinan Walikota Tri Rismaharini sudah terdengar sampai AS.
Dan sekarang ketika pertama kali berkunjung ke Surabaya, saya melihat banyak
terobosan dan tata kelola pemerintahannya juga baik sehingga mampu meningkatkan
taraf hidup masyarakatnya,” papar Robert yang dilantik menggantikan dubes
sebelumnya, Scot Marciel ini.
Robert mengatakan, Indonesia
merupakan mitra strategis AS, khususnya di wilayah Asia Tenggara. Berdasar data
yang dihimpun dari kamar dagang AS, sedikitnya 65 miliar dolar AS
diinvestasikan di Indonesia tiap tahunnya. Untuk itu, pada kunjungan berikutnya
nanti, dia berjanji akan membawa serta para pengusaha Negeri Paman Sam dengan
tujuan lebih memahami iklim investasi.
Sementara Walikota Tri Rismaharini
optimistis kerjasama di bidang investasi akan lebih bergairah. Pasalnya, dalam
waktu dekat Surabaya akan memiliki pelabuhan baru, yakni Teluk Lamong.
Pelabuhan tersebut diprediksi memegang peranan penting karena menjadi
penghubung kawasan Indonesia bagian timur. Daya tampung Teluk Lamong, dikatakan
walikota, tiga kali lipat lebih besar dari pelabuhan lama. “Saat ini kami
sedang siapkan infrastruktur pendukungnya,” ungkap walikota yang akrab disapa
Risma.
Sehubungan dengan predikat Surabaya
sebagai kota jasa dan perdagangan, Risma berharap alur investasi nantinya juga
lebih banyak diarahkan pada sektor tersebut. Menurut dia, Kota Pahlawan kini
mulai menjadi jujugan wisatawan
domestik maupun mancanegara. Angka kunjungan selalu meningkat dua kali lipat
per tahun sejak 2010. Nah, berkaca dari situ, walikota berharap ada Universal
Studio yang dibangun di Surabaya sebagai pusat rekreasi.
“Akan sangat bagus seandainya di sini
dibangun Universal Studio. Respon masyarakat pasti sangat positif,” ujarnya.
Hal tersebut mendapat tanggapan positif oleh Robert yang lantas menambahkan
poin itu pada catatannya.
Ke depan, Robert mengisyaratkan
kerjasama tidak hanya berkutat antar pemerintah saja. Memang, saat ini Surabaya
sudah menjalin hubungan sister city
dengan Seattle, AS. Bahkan, kerjasama tersebut sudah berjalan sejak 1992. Namun
demikian, pihaknya mendorong kerjasama bisa diperluas mencakup sektor-sektor
lainnya, hingga pada skala people to
people (pribadi antar pribadi).
Dubes lulusan Harvard College tahun
1980 dan John Hopkins School of Advanced International Studies (SAIS) tahun
1984 tersebut menyatakan, tidak menutup kemungkinan kerjasama antar kebun
binatang akan terjalin. Apalagi, dia menyadari sekarang ini KBS tengah didera
berbagai permasalahan pelik. “Kami paham KBS tengah menjadi isu sentral
belakangan ini. Dan kami sudah memahami upaya-upaya yang dilakukan pemkot yang
mana itu sangat bagus,” tuturnya.
Sebagai gambaran, San Diego,
Washington D.C, dan New York mempunyai kebun binatang yang sukses menjadi pusat
rekreasi bagi masyarakat di sana. Robert menyatakan siap memfasilitasi koneksi
kerjasama antar kebun binatang maupun menghubungkan dengan LSM pecinta satwa di
AS. Dengan harapan, pengelolaan dan manajemen di KBS akan lebih baik.
Risma menyambut baik inisiatif
tersebut. Dia bahkan sudah tidak sabar menjalin koneksi dengan LSM pecinta
satwa AS. Menurutnya, hal itu memang berguna bagi peningkatan kualitas
pengelolaan KBS. Namun, sebelum itu dia berharap izin konservasi dari kemenhut
segera turun agar kerjasama apa pun tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
“Ini makanya saya berencana menemui kembali Presiden terkait hal itu,” tukas
walikota yang mendapat gelar Mayor of the Month edisi Februari 2014 dari
Citymayor.com. ( *** )