Newsweek-
Zona car free day (CFD) atau hari tanpa kendaraan bermotor di Surabaya
dipastikan bertambah. Hal itu seiring diberlakukannya CFD di dua titik baru
mulai 2014,yakni di Jl. Jemur Andayani dan Jl. Kembang Jepun. Kedua lokasi
tersebut melengkapi empat titik CFD yang sudah ada sebelumnya. Jadi, sepanjang
2014 ini total ada enam ruas jalan yang bakal digunakan untuk CFD.
Agenda
CFD yang sudah dilaksanakan sebelumnya antara lain di Jl Raya Darmo, Jl
Tunjungan, Jl Kertajaya, serta Jl Jimerto. Jadwal CFD dilaksanakan setiap
Minggu mulai pukul 06.00-09.30 WIB untuk CFD Jl Raya Darmo dan pukul
06.00-09.00 WIB untuk CFD Jl Tunjungan. Sedangkan CFD Jl Kertajaya digelar
setiap Minggu ke-3 dan ke-4 setiap bulannya, mulai pukul 06.00-09.00 WIB.
Khusus untuk CFD Jl Jimerto dilaksanakan tiap Jumat terakhir setiap bulannya,
pukul 06.00-15.00 WIB.
Adapun
CFD Jl Jemur Andayani yang baru pertama kali dihelat tahun ini memakan ruas
jalan sepanjang 980 meter. Waktu pelaksanaannya hanya sebulan sekali yaitu
setiap Minggu pertama. Pun demikian halnya dengan CFD Jl Kembang Jepun yang
juga dilakukan sebulan sekali. Bedanya, sterilisasi jalan yang dikenal dengan
kawasan kya-kya ini dilaksanakan setiap
Minggu ke-2 setiap bulan. Keduanya dimulai pukul 06.00-09.00 WIB.
Kabid
Pengendalian Dampak Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surabaya, Novi
Dirmansah, mengatakan, tujuan utama diberlakukannya CFD adalah untuk menurunkan
emisi gas buang di suatu wilayah. Emisi dari gas buang kendaraan bermotor
banyak mengandung zat CO2 (karbondioksida) yang berdampak pada pemanasan
global.
Novi
melanjutkan, berdasar hasil studi yang dilakukan di lokasi-lokasi CFD di
Surabaya, diketahui bahwa penerapan hari bebas kendaraan bermotor mampu
menurunkan kadar CO2 secara signifikan. Di Jl Tunjungan, CO2 mengalami
penurunan 30.464 gram/detik. Di Jl Kertajaya, penelitian dibagi dua, untuk sisi
timur penurunan CO2 sebanyak 41.088 gram/detik, sedangkan sisi barat 50.251 gram/detik.
Sementara
kadar CO2 di CFD Jl Raya Darmo ruas selatan berkurang 14.634 gram/detik dan
12.437 gram/detik pada ruas utara. “Pengukuran itu dilakukan selama tiga jam
saat CFD,” ujar Novi saat jumpa pers di kantor bagian Humas Pemkot Surabaya,
Jumat (3/1).
Dikatakan
Novi, CFD kini tidak semata untuk menurunkan emisi yang dihasilkan kendaraan
bermotor, melainkan sudah menjelma menjadi sarana rekreasi masyarakat. Artinya,
ada efek samping yang bersifat positif dan bermanfaat. Dalam kegiatan CFD
terjadi interaksi sosial antar warga. Di samping itu, CFD juga terbukti mampu
mendorong masyarakat menerapkan gaya hidup sehat, seperti bersepeda, senam
bersama, jogging, dsb.
Kabid
Pengendalian dan Operasional Dinas Perhubungan (dishub) Surabaya, Subagio
Utomo, menuturkan, mulanya pihak dishub mengalami kesulitan mengarahkan warga
yang membawa kendaraan bermotor saat CFD. Tak jarang pula, dia harus menghadapi
resistensi sebagian orang yang kurang setuju dengan CFD. Namun, seiring
berjalannya waktu, masyarakat sudah bisa menyesuaikan dengan agenda CFD. “Itu
karena warga sudah merasakan manfaat dari CFD itu sendiri,” paparnya.