Surabaya Newsweek- Belum lama ini
Kota Surabaya dipilih Kementrian
Luar Negeri menjadi tuan rumah Simposium Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan, Mensinergikan Peluang dan Tantangan, Rabu (12/12), di Hotel Bumi.
Simpoium ini merupakan salah satu bentuk kerjasama bilateral dengan
Negara-negara Asia Selatan dan Tengah.
Adapun negara-negera peserta symposium antara lain Afganistan,
Azerbaijan, Bangladesh, Bhutan, India, Iran, Kazakhstan, Kyrgzstan, Maladewa,
Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
Pengarusutamaan Gender (PUG)
merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas
kesempatan yang sama, pengakuan yang sama, dan penghargaan yang sama di
masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat kehidupan
sosial, politik, dan ekonomi bangsa, dengan mengintegrasikan perspektif gender
ke dalam proses pembangunan di setiap bidangnya.
Kesetaraan dan keadilan gender
menghendaki laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut
serta dalam proses pembangunan, akses yang sama terhadap pelayanan serta
memiliki status sosial dan ekonomi yang seimbang.
Menurut Asisten Kesejahteraan
Rakyat, Sekretaris Kota Surabaya, Eko Hariyanto mengatakan bahwa kerjasama yang
terjalin dengan Kementerian Luar Negeri RI terjalin dengan baik. Makanya,
Kemenlu RI kembali menggelar kegiatannya di Surabaya. Hal ini sangat bagus,
semakin banyak pejabat Negara-negara berkunjung ke Surabaya.
“Sehingga, Surabaya bisa lebih
banyak lagi melakukan kerjasama dengan Negara-negara lain. Di Kota Surabaya
perempuan sudah banyak menempati posisi strategis di Pemerintahan. Hal ini
mennujukkan Kota Surabaya sangat memberikan ruang terhadap perempuan,”
tuturnya.
Disamping itu, lanjut Eko,
pemberdayaan perempuan yang telah dilakukan Kota Surabaya menjadi salah satu
poin Kemenlu RI menunjuk Surabaya sebagai tuan rumah kegiatan ini. “Mulai dari
program responsif Gender Pemkot Surabaya sudah dianggarkan dalam APBD. Di semua
lini pun pengarusutamaan Gender juga telah dilakukan sejak lama. Tak salah,
apabila Surabaya menjadi jujugan daerah lain untuk belajar,” jelasnya.
Eko menjelaskan dihadapan para
peserta simposium bahwa dalam pelaksanaan PUG ini, Pemerintah Kota Surabaya
setiap tahunnya melatih ibu-ibu dari keluarga miskin untuk meningkatkan ekonomi
keluarganya guna meningkatkan ketrampilan diri sebagai bekal bekerja dan
berwirausaha.
“Disamping itu terus mendorong
munculnya kelompok-kelompok usaha baru serta meningkatkan kualitas dan
kemandirian kehidupan perempuan keluarga miskin. Hal ini bertujuan agar
kaum perempuan juga mampu mandiri, bekerja dan berwirausaha. Kebijakan dan pelayanan publik
serta program yang adil dan responsif gender akan membuahkan manfaat yang adil
bagi seluruh rakyatnya,” terangnya.
Sementara itu, Perwakilan
dari Kementrian Luar Negeri RI, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika,
Sulistiowati mengatakan Perempuan di Indonesia telah banyak memiliki peran
penting sejak taun 1945, maka itu tahun mendatang akan banyak lagi perempuan
yang menempati di strategis semakin banyak.
“Isu pengarusutamaan Gender
merupakan tantangan bagi kita semua untuk terus meningkatkan jumlah perempuan
menempati posisi strategis. Saya berharap hasil dari simposium ini mampu
menemukan solusi yang positif dan
konstruktif. Sehingga, Indonesia bisa menjadi barometer dunia dalam
pengarusutamaan Gender,” ujarnya. (Ham )