Surabaya - Kerjasama Surabaya dengan Pemerintah Jepang di bidang
pengurangan karbon dan pengelolaan lingkungan bakal semakin mantap. Hal itu
seiring adanya Joint Crediting Mechanism
(JCM) Feasibility Study (FS) yang
digelar di Ruang Pola Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko)
Surabaya, Rabu (10/7).
Forum tersebut diikuti 26 orang yang tergabung dalam 12
institusi asal Negeri Matahari Terbit. Dari dalam negeri, sebanyak 6 instansi
pemerintah ikut ambil bagian. Mereka datang dari beberapa kementerian dan
pemerintah daerah.
Pertemuan dibagi dalam dua bagian. Sesi pertama membahas
masalah pengelolaan energi, transportasi dan penanganan kemacetan. Dilanjutkan
dengan sesi kedua tentang pengelolaan sampah dan pengolahan air limbah.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengatakan, Pemerintah
Kota Surabaya memang banyak belajar tentang pengelolaan lingkungan dari Jepang,
utamanya dari Pemerintah Kota Kitakyushu. Komitmen itu pula yang mendasari
terjalinnya Green Sister City antara
kedua kota tersebut.
Kerjasama antara Surabaya dan Kitakyushu dimulai pada 1997
dengan fokus pada pengelolaan sampah. Namun, pada masa-masa awal, wali kota
mengakui kerjasama kurang berkembang pesat. Hingga pada 2005, kedua kota
sepakat lebih mengintensifkan program lingkungan, seperti metode Takakura dan
pembangunan rumah kompos. Hasilnya, volume sampah yang masuk ke tempat
pembuangan akhir (TPA) berkurang 10 hingga 20 persen.
Nah, kerjasama yang telah terjalin kini mulai dikembangkan
lebih komprehensif. Ditandai dengan penandatanganan MoU antara Pemerintah Kota
Surabaya dan Kitakyushu yang menyepakati sembilan program pengelolaan
lingkungan. “Tahun lalu Surabaya dan Kitakyushu menyepakati pengembangan
sembilan program, diantaranya pembuatan tempat pembuangan sementara (TPS)
terpadu, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal, dan pengelolaan
kawasan industri yang lebih ramah lingkungan,” papar wali kota saat membuka
JCM-FS yang juga dihadiri Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang di Surabaya Noboru
Nomura dan Sekretaris Menteri Lingkungan Hidup (Sesmen LH) Hermien Roosita.
Kabag Kerjasama Ifron Hady menambahkan, Surabaya merupakan
kota yang paling berhasil menerapkan konsep pengelolaan lingkungan. Atas dasar
itu, sekitar 2009 Pemerintah Kota Kitakyushu menjadikan Surabaya sebagai
percontohan di 40 kota, baik di dalam maupun luar negeri.
Sementara, Sesmen LH Hermien Roosita mengapresiasi kerja
keras pemkot Surabaya selama ini. Menurut dia, apa yang dilakukan pemkot
penting bagi peningkatan kualitas hidup. Juga untuk masa depan generasi
penerus. Kemajuan Kota Surabaya, diakui Roosita, sangat pesat sehingga tak
mengherankan jika Surabaya langganan
dianugerahi Adipura Kencana.
Pendapat senada diutarakan Noboru Nomura, Konjen Jepang di
Surabaya. Nomura mengatakan dirinya tiga kali mendapat penempatan tugas di Kota
Pahlawan. Jadi, dia tahu betul perkembangan Surabaya, termasuk kemajuan
infrastruktur. Namun, menurutnya yang paling berkesan adalah progres dari segi
lingkungan hidup.
“Saya mengucapkan terima kasih karena sudah membuat Surabaya
sebagai kota yang bersih, indah, dan nyaman. Saya berharap harus ada
implementasi nyata dari forum ini, yang bisa memberi dampak positif bagi
masyarakat,” tuturnya.