Jika kita berkunjung ke Dupak
Bangunsari beberapa tahun lalu, pasti dihadapkan pada nuansa prostitusi yang
sangat kental. Betapa tidak, kawasan tersebut memang dikenal sebagai salah satu
lokalisasi terkenal di Surabaya. Namun, saat ini, kondisinya justru berbalik
180 derajat. Masyarakat yang tadinya lekat dengan bisnis esek-esek kini mulai jeli melihat peluang usaha yang halal.
Sekilas, rumah di Dupak Bangunsari
gang I nomor 4 itu tak ubahnya bangunan biasa di sekitarnya. Meski telah
berubah fungsi dari lokalisasi menjadi kawasan pemukiman rumah tangga, beberapa
rumah masih ‘berbau’ karaoke dewasa. Maklum, di area itu dulunya memang
dipenuhi wisma-wisma serta rumah karaoke untuk kegiatan seks komersial.
Tapi ada yang beda dengan rumah yang
satu itu. Ya, bangunan seluas 6x15 meter itu adalah rumah kreatif Kembang
Melati. Sebuah tempat bagi mantan pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari
mendapat bekal keterampilan khusus.
Dari dalam ruang tamu terdengar deru
mesin jahit saling sahut. Di tempat itu nampak puluhan wanita tengah sibuk bekerja dengan mesin jahit. Beberapa
diantaranya asik memainkan jarum dan benang membentuk sebuah rajutan kecil
berbentuk segi empat. Ternyata itu adalah salah satu bagian yang bila disatukan
dapat membentuk sebuah keset. Selain keset, para wanita itu juga bisa membuat
jilbab modis dengan desain yang menarik.
Di teras depan rumah kreatif
dimanfaatkan sebagai etalase produk-produk yang dihasilkan. Kendati tidak
begitu luas, namun ruang antara kaca depan dan pagar rumah berwarna hijau
setinggi 1,5 meter sudah cukup untuk memajang hasil produksi.
Di luar itu, berdirinya rumah kreatif
Kembang Melati ternyata sama sekali tidak menggunakan dana APBD. Melainkan dari
bantuan personal social responsibility (PSR) karyawan Dinas Sosial (Dinsos)
Surabaya. Hal itu menandakan visi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tentang
penyediaan peluang usaha di eks-lokalisasi diterapkan seluruh jajaran pemkot,
utamanya Dinsos.
Kepala Dinsos, Supomo, mengatakan,
PSR ini murni inisiatif karyawan-karyawati Dinsos yang secara rutin menyisihkan
sebagian uangnya untuk membantu sesama. Saat ini anggotanya sekitar 60 orang.
Nah, uang itu pula yang digunakan sebagai modal awal berdirinya rumah kreatif
Kembang Melati.
Dia melanjutkan, dana yang terkumpul
kemudian dipakai untuk kontrak rumah, beli mesin jahit, beli bahan-bahan untuk
menjahit, hingga renovasi rumah. “Ada 14 mesin jahit termasuk 2 mesin jahit
bantuan dari Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya,” kata Supomo. Sedangkan anggota
rumah kreatif sementara ini sebanyak 20 orang. Mereka kebanyakan mantan PSK dan
mucikari, sisanya warga sekitar eks-lokalisasi.
Masih kata Supomo, rumah kreatif
Kembang Melati sebenarnya hanyalah stimulus agar mantan PSK dan mucikari
tersebut bisa usaha secara mandiri. Memang, pembekalan keterampilan semacam ini
mutlak diperlukan pasca penutupan kawasan lokalisasi. Dengan begitu, proses
peralihan ke profesi baru akan semakin mudah.
Sementara, wali kota yang meresmikan
rumah kreatif Kembang Melati pada Jumat (28/6), mengatakan, di rumah kreatif
tersebut rasa kebersamaan menjadi nilai penting. Sebab, ketika bekerja bersama
dalam satu ruangan, rasa saling membantu dan menyemangati akan timbul.
Orang nomor satu di Surabaya itu juga
memotivasi anggota rumah kreatif. Dia memahami bahwa perjalanan hidup para
anggota tidak mudah, tapi sejauh mau berusaha dan berjuang, pasti akan
membuahkan hasil.
Rencananya, pemkot akan mendirikan
tempat-tempat pelatihan keterampilan di seluruh bekas lokalisasi. “Dengan
langkah seperti ini, tempat yang dulunya lokalisasi bisa jadi kawasan yang
berbeda. Ayo kita buktikan bersama,” seru Risma.