Kota Surabaya berpeluang ‘naik kelas’ dalam penghargaan Kota
Layak Anak (KLA) 2013. Pasalnya, tahun ini Kota Pahlawan masuk sebagai salah satu
nominator penerima KLA tingkat Nindya-Utama. Artinya, Surabaya punya kans
meraih predikat KLA kategori Utama yang notabene merupakan tingkatan tertinggi
dalam penyelenggaraan KLA
.
Progres Surabaya dalam KLA terus meningkat dari tahun ke
tahun. Diawali dengan gelar KLA kategori Madya pada 2011 dan naik ke kategori
Nindya pada 2012. Tren positif itulah yang melecut optimisme Pemerintah Kota
(Pemkot) Surabaya dalam KLA 2013 ini.
Namun, sebelum menggapai gelar KLA, Surabaya harus melewati
serangkaian proses terlebih dahulu. Seperti verifikasi langsung dari tim
penilai KLA yang berkunjung ke balai kota, Rabu (5/6). Rombongan yang berjumlah
tiga orang diterima Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta sejumlah kepala
satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pemkot.
Pada kesempatan itu, wali kota menyampaikan bahwa yang
menjadi perhatian utamanya saat ini adalah bagaimana mewujudkan masa depan yang
lebih baik bagi anak-anak. Nah, untuk merealisasikan itu, lanjut dia, kuncinya
tidak boleh ada anak yang tidak sekolah. Semua anak berhak atas pendidikan yang
layak.
Wali Kota yang akrab disapa Risma ini bahkan menginstruksikan
para camat dan lurah untuk memonitor jika ada anak yang putus sekolah di
masing-masing wilayah. Kalau menemukan ada anak yang tidak sekolah, pemkot akan
melakukan intervensi. Risma berpendapat, hal itu dilakukan lantaran pihaknya
memandang pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan tidak boleh diabaikan.
Tidak berhenti di situ, perhatian pemkot di bidang pendidikan
juga tercermin dalam program penyediaan kuota sekolah lima persen bagi anak
miskin. Peserta program bisa masuk sekolah yang dekat dengan rumahnya tanpa
persyaratan tes apapun. Mereka juga mendapat fasilitas perlengkapan sekolah
gratis berupa seragam, buku, sepatu, dsb.
Disamping soal pendidikan, masalah kenakalan remaja pun
mendapat perhatian dari pemkot. Wali kota secara rutin memberikan sosialisasi
ke sekolah-sekolah guna mencegah perilaku nakal remaja serta potensi tindak trafficking (perdagangan manusia). Risma
juga kerap turun langsung saat razia di tempat-tempat hiburan malam. “Kami
terus memantau dan mengawal anak-anak agar mereka tidak terjerumus ke jalan
yang salah. Untuk itu, pengawasan terus dilakukan. Mereka tidak boleh berada di
warnet, mal-mal, atau tempat-tempat lain saat jam sekolah,” terangnya.
Sedangkan dari sisi sosial, tahun ini pemkot memulai program
pemberian makanan tambahan bagi anak yatim-piatu dan anak cacat. Itu merupakan
salah satu bentuk intervensi pemkot dalam meningkatkan kualitas gizi
masyarakat.
“Surabaya juga punya dua pondok sosial khusus anak, disamping
shelter (rumah singgah) rehabilitasi
untuk memulihkan kondisi anak pasca mengalami trauma atas kejadian tertentu,”
imbuh Risma.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana
(Bapemas KB) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, mengatakan, kunjungan tim
verifikasi KLA untuk melakukan cek lapangan. Hasil yang didapat akan
dibandingkan dengan data yang telah dikirim pemkot ke pemerintah pusat.
Dikatakan Antiek, penilaian mencakup 31 indikator termasuk didalamnya
4 kluster. Ke empat kluster yang dimaksud meliputi pemenuhan hak dasar,
penanganan masalah anak, kondisi lingkungan, dan aspek sosial. “Selama dua
hari, tim verifikasi bakal mengunjungi sejumlah lokasi yang masing-masing
mewakili sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan perlindungan sosial,”
ujar Antiek ketika ditemui usai kunjungan di balai kota.
Sementara itu, Ketua tim verifikasi KLA, Supalarto Sudibyo,
menyebut inti KLA bukan terletak pada pemberian penghargaan, tapi yang lebih
penting nantinya akan dicermati bagaimana kinerja dan koordinasi antar SKPD
dalam rangka merealisasikan program-program yang layak anak.( Humas )