Ini merupakan penerimaan WTN ke-17 bagi Surabaya sejak
pertama kali diselenggarakan pada 1992. WTN sendiri adalah penghargaan yang
diberikan Pemerintah Pusat kepada daerah yang mampu menata transportasi publik
dengan baik. Tujuannya, untuk memberikan motivasi kepada seluruh wilayah guna
meningkatkan sarana dan prasarana jalan, terciptanya sistem transportasi yang
baik, serta pembenahan organisasi dan pemberdayaan sumber daya manusia.
Kadishub Surabaya Eddi mengatakan, Surabaya telah melewati
serangkaian proses penilaian yang terbagi dalam tiga tahap. Adapun ketiga tahap
tersebut antara lain penilaian administrasi, penilaian teknis dan operasional
bidang transportasi, serta penilaian komitmen pemerintah kabupaten/kota.
Dikatakan Eddi, pada tahap penilaian teknis dan operasional,
tim juri melakukan sejumlah survey. Survey yang dimaksud meliputi survey ruas
jalan, persimpangan, dan angkutan umum. Sedangkan pada tahap akhir,
masing-masing pemerintah daerah (pemda) yang lolos diuji paparan untuk
mengetahui sejauh mana komitmen yang diusung guna memajukan transportasi.
Akhirnya, melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP.
429 Tahun 2013 Tentang Penerima Penghargaan WTN, Surabaya dinyatakan sebagai
yang terbaik dalam ajang tahunan tersebut. “Atas keberhasilan ini, kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang mendukung, dalam hal ini Satlantas
Polrestabes Surabaya dan Polres Tanjung Perak. Dan Terlebih kepada seluruh
masyarakat Surabaya,” ujarnya alumnus ALL angkatan V ini.
Masih menurut Eddi, kesuksesan ini tak lepas dari beberapa
terobosan yang dilakukan Pemkot Surabaya. Salah satunya yakni pengoperasian
Intelegence Transport System (ITS). Dengan kemampuannya mengatur traffic light (TL) secara otomatis
berdasarkan kepadatan lalu lintas, ITS diakui sangat membantu kinerja Dishub
maupun polisi dalam mengurai kepadatan kendaraan. Teknologi itu, perlahan tapi
pasti, juga sudah mulai menggantikan sistem lama yang masih mengandalkan cara
hitung mundur.
“ITS ini awalnya mulai kita terapkan pada 2011. Saat itu baru
ada di 14 titik. Tapi sekarang jumlahnya sudah berkembang menjadi 38 titik
persimpangan,” jelasnya. Ke depan, Dishub akan fokus pada pengembangan
pedesterian, jalur sepeda, dan sarana tranportasi massal.
Kasat Lantas Polrestabes Surabaya AKBP Sabilul Alif mengaku
bangga atas keberhasilan Surabaya meraih WTN. Menurut dia, ini adalah sebagai
bentuk apresiasi terhadap upaya mewujudkan rasa aman, nyaman, selama, tertib,
dan lancar. Dengan demikian, dapat menekan angka kecelakaan di jalan.
Alumnus Akpol 1996 itu juga menyampaikan terima kasih atas
perhatian Wali Kota Surabaya terhadap banyaknya pelanggaran lalin di kalangan
pelajar. Alif menyatakan, usia pelajar yang belum layak mendominasi jenis
pelanggaran. Di samping itu menerobos lampu merah, berboncengan tiga, dan tanpa
helm juga kerap dilakukan para pelajar.
“Namun, perhatian Ibu Wali Kota sangat besar soal masalah
ini. Kami bersama instansi terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan, tak pernah
lelah memberi sosialisasi safety riding
kepada anak-anak sekolah,” ungkapnya.
Alif juga mengatakan, pihaknya saat ini tengah menggalakan
program Simpati Masyarakat. Program tersebut merupakan bentuk sosialisasi
dengan memanfaatkan spanduk dan brosur. Serta, ada pula program STMJ (Surabaya
Taat Marka Jalan) yang diharapkan dapat meningkatkan level kedisiplinan
pengguna jalan. ( Ham )