SURABAYA---Kota Surabaya berpeluang besar untuk kembali
meraih penghargaan Adipura Kencana di tahun 2013. Ini setelah Kota Pahlawan
berada di peringkat teratas pada pemantauan tahap pertama (P1) pemeringkatan
Adipura yang dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup dan Dewan Pertimbangan
Adipura. Kota Surabaya mengunggui 15 kota lainnya, baik kota Metropolitan dan
kota sedang atau kecil yang masuk sebagai nominator peraih Adipura Kencana.
Penegasan tersebut disampaikan oleh perwakilan dari
Kementrian Lingkungan Hidup, Ujang Solihin Sidik saat menyampaikan kegiatan
ekspose Adipura di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko)
Surabaya, Jumat (26/4). Hadir dalam acara tersebut, Walikota Surabaya Ir Tri
Rismaharini MT, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi
dan SKPD terkait, serta para camat dan lurah. Hadir dalam acara tersebut, pakar
tata kota, Prof Dr Ir Johan Silas.
Dalam paparannya, Ujang menegaskan, Kota Surabaya dalam
tahap P1, mendapatkan nilai 75,81. Nilai itu paling tinggi dibanding kota
metropolitan lainnya Menurutnya, dalam menjaga kebersihan kota, Surabaya masih
menjadi percontohan bagi daerah-daerah lain. “Surabaya masih menjadi panutan,
bukan hanya kota besar, tapi juga kota sedang dan kecil. Jadi jangan sampai
turun pangkat, harus dipertahankan pada tahap P2 nanti, kalau bisa lebih baik
lagi,” sambung dia.
Dijelaskan Ujang, untuk tahap P1, ada beberapa poin yang
menjadi penilaian. Diantaranya nilia fisik pemukiman, nilai fisik jalan, nilai
fisik pasar, nilai fisik sekolah, nilai fisik pertokoan dan juga nilai fisik
perkantoran. Kemudian nilai fisik RSUD dan Puskemas, nilai fisik perairan
terbuka, nilai fisik transportasi, nilai fisik TPA kampung nafre, serta nilai
fisik hutan kota dan taman kota.
Termasuk juga bagaimana upaya kota/kabupaten dalam
pengendalian pencemaran air dan udara. Untuk pengelolaan sampah, diharuskan
mengelola sampah minimal 14 persen dari jumlah timbunan sampah. Kemudian sampah
sudah menjadi alternative sumber energy, adanya inovasi pengelolaan sampah,
memiliki master plan pengelolaa sampah dan rencan penetapan Tempat Pembuangan
Sampah (TPS). Sementara untuk syarat pengendalian pencemaran air, berupa
konservasi air, perlindungan air (situ). Lalu ada syarat pengelolaan tanah yang
mencakup penggunaan tanah dalam tata ruang atau tutupan lahan. Ada juga syarat
keanekaragaman hayati, perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi) dan social
ekonomi.
Untuk Minggu ini, Kementrian LH dan Dewan Pertimbangan Adipura
akan melakukan verifikasi untuk kategori kota sedang dan kecil. Kemudian
menyusul verifikasi untuk kategori kota Metropolitan. Nantinya, hasilnya akan
diumumkan pada bulan Juni. “Untuk tahun
ini, proses penilaiannya memang ada beberapa perbedaan dibanding tahun lalu,”
sambung Ujang
Beberapa perbedaan tersebut, jelas Ujang, untuk tahun ini,
jika pada pemantauan P1, ada kota atau kabupaten yang nilainya di bawah 7,1,
maka daerah tersebut sudah dianggap gagal sehingga tidak lagi dipantau pada
pemantauan tahap kedua melainkan dilakukan pembinaan. “Jadi ndak mungkin lagi
dapat Adipura, apalagi Adipura Kencana.
Mungkin hanya dapat piagam,” jelasnya.
Perbedaan lainnya, untuk persyaratan Adipura Kencana,
dimudahkan dengan hanya syarat pernah memperoleh Adipura. Kalau dulu, sebuah daerah harus pernah
beberapa kali meraih Adipura untuk bisa bersaing memperebutkan Adipura
Kencana. Nantinya juga akan ada
kunjungan lapangan oleh dewan pertimbangan adipura, untuk memastikan apakah
kota/kabupaten tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan Adipura. “Kalau dulu
tidak ada verifikasi, Kementrian LH hanya mengundang kepala daerah untuk pemaparan,” jelas Ujang.
Hanya saja, meski mendapat nilai tertinggi, Ujang
mengingatkan bahwa masih ada beberapa komponen yang nilainya masih rendah.
Apalagi, daerah-daerah lain seperti Medan dan Tangerang, menunjukkan
perkembangan pesat untuk berupaya mengejar Surabaya. “Seperti misalnya, ada
pasar yang belum bersih. Juga perkantoran di kecamatan yang nilainya belum
menunjukkan bahwa Surabaya adalah kota Adipura Kencana,” sambung dia.
Sementara Walikota Surabaya dalam sambutannya mengatakan,
sebenarnya bukan penghargaan semata yang diinginkan oleh Pemkot Surabaya.
Melainkan lebih kepada upaya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya
kebersihan. Dikatakan Walikota Risma, jika lingkungan di Surabaya bersih, itu
menandakan adanya peradaban yang tinggi.
“Jadi bukan hanya kita dapat penghargaan, tetapi kita ingin
dinilai berbudaya bersih. Negara-negara maju yang peradabannya sudah tinggi,
bisa dilihat dari lingkungannya yang bersih,” tegas dia.
Dalam kesempatan itu, walikota juga mengingatkan para camat
dan lurah yang kawasannya dilalui sungai, untuk menghimbau warganya agar lebih
peduli pada kebersihan sungai. Dia menyebut masih ada beberapa warga yang
membuang sampah ke sungai. “Saya tidak mau lagi melihat ada sungai kotor.
Makanya, camatnya dan lurahnya, kalau perlu turun langsung ke rumah-rumah warga
untuk mennyampaikan himbauan,” jelasnya.
Risma yang pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan juga menekankan agar gedung-gedung perkantoran seperti kantor desa
atau kecamatan, termasuk Puskemas, diubah menjadi lebi eye catching alias enak dilihat.
“Ayo, kantor, sekolah dan Puskemas dihias. Kalau lingkungan bersih
indah, kita juga akan senang,” himbau Risma.(*)