Tuan Rumah Simposium Mangrove Asia Tenggara Kali Kedua



           

Kepala Badan Litbang Kementerian Kehutanan RI Iman Santoso memukul gong

        Surabaya Newsweek- Hotel Bumi Surabaya tentunya menjadi saksi bisu kegiatan Mangrove se-Asia Tenggara , dengan dibukanya Simposium Regional Mangrove tingkat Asia Tenggara. Kegiatan dengan diikuti sepuluh negara ASEAN plus Jepang dan Bangladesh ,sebelum dimulai acara tersebut Kepala Badan Litbang Kementerian Kehutanan RI Iman Santoso memukul gong sebanyak tiga kali tanda dimulainya kegiatan tersebut yang berlangsung hingga 1 Maret mendatang 

            Sementara pembicara dari sejumlah negara sudah siap memaparkan pandangan dan programnya tentang ekosistem mangrove. Surabaya diwakili Kabid Fisik dan Prasarana Bappeko Surabaya, Dwijajawardana. Setelah itu para peserta akan dibagi kedalam tiga kelompok. Mereka akan membahas isu utama yakni mitigasi bencana, reboisasi kawasan mangrove, dan perubahan iklim. Hari terakhir akan dilakukan kunjungan lapangan ke kawasan ekowisata mangrove di Wonorejo.
            Dalam sambutannya Iman Santoso mengatakan, luas mangrove di Indonesia sekitar 25 juta hektare. Luasan tersebut menyumbang 75 persen luas mangrove se-Asia Tenggara. Dari fakta tersebut, Indonesia memainkan peran vital dalam eksistensi ekosistem mangrove dunia.
            Sedangkan Pemerintah Indonesia menempuh aksi nyata dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2012 Tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove. “Perpres ini menjadi dasar hukum bagi pemerintah maupun pemerintah daerah agar semakin kuat posisinya dalam melindungi kawasan mangrove,” Terang Imam.
            Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan bahwa, karakterisitik mangrove berbeda di masing-masing tempat. Menurutnya, mangrove di Surabaya tumbuh secara alami, bukan ditanam. Tanaman bakau yang tumbuh itu kemudian dilestarikan dan diawasi perkembangannya. Hal itulah yang membuat jenis flora dan fauna lebih beragam, berbeda dengan pusat mangrove di Medan maupun Bali yang ditanam lalu dikembangkan dalam konsep penelitian.
            Tri Rismaharini menyebutkan ,” Surabaya adalah kota metropolitan dengan kawasan mangrove yang cukup luas. Bahkan terbilang luas untuk ukuran kota-kota besar lainnya. Masalahnya, wilayah perkotaan pasti punya problem ketika laju pembangunan berhadapan dengan upaya pelestarian lingkungan. Menurut wali kota, pemerintah dalam hal ini harus tegas menentukan posisi kawasan yang termasuk wilayah konservasi.
            Pemerintah Kota saat ini sedang melakukan zonasi dan penaksiran nilai lahan yang rencananya akan dibebaskan. Risma menyatakan, pihaknya sudah ancang-ancang membebaskan lahan perumahan di kawasan Rungkut yang berdiri di atas lahan mangrove. “Nanti kita bebaskan lahannya untuk kemudian ditanami mangrove. Kita kembalikan fungsinya sebagaimana mestinya,” tegas Risma .
            Secara umum, orang nomor satu di pemkot itu mengungkapkan terima kasihnya karena Surabaya dua tahun berturut-turut didaulat menjadi tuan rumah event serupa. “Ini merupakan bentuk kepercayaan kepada Surabaya dalam pengelolaan ekosistem mangrove,” tandas Risma.
            Sementara itu  Kepala Deputi Mission of Japan untuk ASEAN, Takako Ito, menganggap simposium ini sebagai peringatan kerjasama Indonesia-Jepang yang sudah terjalin sejak 1973.             Pada 1990, Jepang mulai aktif memfokuskan kerja sama di bidang konservasi mangrove. “Simposium ini bagian dari proyek kerjasama kedua negara. Saya berharap apa yang dilakukan berguna bagi kelangsungan mangrove di banyak negara,” ujarnya. ( Ham )
Lebih baru Lebih lama
Advertisement