Surabaya
Newsweek – kebebasan hidung
belang untuk menyalurkan nafsunya terhadap
wanita pekerja sek mulai terhimpit dan tidak leluasa banyaknya tempat
curahan nafsu dikarenakan masuk salah satu program pemerintah Kota untuk mengentas para pekerja sek Komersil .
Komitmen Pemerintah Kota Surabaya
dalam pengentasan pekerja seks komersial (PSK) dan penutupan lokalisasi menuai
pujian dari Menteri Sosial (Mensos) RI Salim Segaf Al Jufri. Hal itu
diungkapkan Mensos saat melakukan kunjungan kerja di Balai Kota, Jumat (1/3).
Kunjungan
kerja Mensos diawali dengan rapat koordinasi penanganan masalah kesejahteraan
sosial di ruang sidang wali kota. Selain para pejabat pemkot dan
muspida/muspika Surabaya, turut hadir pula Wakil Bupati Banyuwangi beserta
jajarannya.
Al Jufri
menilai, Surabaya merupakan kota yang berhasil menekan angka prostitusi melalui
pengentasan PSK dan penutupan lokalisasi. Upaya tersebut ditempuh dengan tetap
mengedepankan aspek kemanusiaan. Program-program yang dicanangkan pemkot berupa
pendampingan dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi wanita harapan -sebutan
bagi mantan PSK-, mendapat apresiasi dari Mensos.
“Terus
terang, saya sudah berkeliling propinsi, kabupaten dan kota tapi belum pernah
menjumpai program yang seperti ini. Saya sangat salut. Ini bisa jadi pilot project nasional,” ujarnya.
Menurut Al
Jufri, umumnya kendala yang dihadapi saat hendak menutup lokalisasi adalah
peralihan ke profesi baru. Itu lantaran pendapatan yang bakal diterima PSK
setelah mentas bisa jadi lebih sedikit. Oleh karenanya, penyediaan lapangan
kerja menjadi solusi yang paling pas, agar wanita harapan ke depan bisa
mandiri. “Yang terpenting adalah ketika beralih profesi mereka bisa mendapat
penghasilan yang tak jauh beda dari sebelumnya, dan yang pasti harus halal,”
kata menteri dari Partai Keadilan Sejahtera ini. Intinya, Kemensos siap
mendukung sepenuhnya upaya pemkot dalam revitalisasi kawasan lokalisasi.
Wali Kota
Surabaya Tri Rismaharini memaparkan, tahun ini pemkot berencana menutup tiga
lokalisasi. Ketiga lokalisasi yang dimaksud yakni Tambak Asri (April 2013),
Klakah Rejo (Agustus 2013), dan Sememi (Desember 2013). Sedangkan Lokalisasi
Dolly dan Jarak diagendakan tutup pada 2014.
Rincian
kondisi lokalisasi yang bakal tutup tahun 2013 yakni Tambak Asri: 96 wisma, 96
mucikari, 354 PSK; Klakahrejo: 70 wisma, 65 mucikari, 219 PSK; dan Sememi: 32
wisma, 22 orang, 208 PSK.
Dikatakan
Risma -panggilan akrab wali kota,” jumlah PSK dan mucikari di Surabaya tiap
tahun mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan adanya kesepakatan tentang
larangan penambahan PSK baru. “Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan terus melakukan
pemantauan. Jika ketahuan ada PSK baru, wisma yang bersangkutan disanksi tutup,”
tuturnya.
Data
terbaru, pada 2012 jumlah PSK yang teridentifikasi sebanyak 2.117 orang dan
mucikari 584 orang. Sebagai pembanding, pada 2008 lalu, masih dijumpai 3.518 PSK
dan 915 mucikari di Surabaya.
Wali kota
perempuan pertama di Surabaya itu juga menyatakan, pasca penutupan pihaknya tak
serta merta lepas tangan. Pemkot terus memonitor dan mendampingi eks-PSK dan
mucikari. Berdasarkan pantauan, mereka banyak yang menekuni usaha kecil atau
pulang ke kampung halamannya.
Diakui Risma,
pemberdayaan ekonomi menjadi salah satu senjata andalan agar wanita harapan
mandiri dalam berwirausaha. “Saat ini wanita harapan sudah banyak yang menerima
order-an membuat sovenir dan
oleh-oleh khas Surabaya. Dalam waktu dekat, kami juga akan membangun pasar
serta sentra PKL di Tambak Asri agar mereka bisa berjualan di situ,” ungkapnya.
Sementara
menanggapi potensi metamorfosis ke bentuk prostitusi lainnya jika lokalisasi
ditutup, wali kota menyatakan pihaknya sudah mengantisipasi dengan
menggencarkan sweeping di
tempat-tempat hiburan malam. Langkah pencegahan juga dilakukan dengan rajin
sosialisasi ke sekolah-sekolah dan razia di mal-mal. ( Ham )